PELUKIS SURAJI
BIOGRAFI:
Nama : SURAJI
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 29 Maret 1971
Alamat : Putat, Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta
Penghargaan yang dimenangkan :
1. 2008 Winner, Jakarta Art Award 2008
2. 2005 Honorable Mention Hyogo International 3. 3. Competition Painting, Japan
4. 2003 1st Winner, Indofood Art Award
5. 2002 2st Winner, Indofood Art Award
6. 2001 Osaka Cantury Association Prize, Osaka Triennial Japan
7. 2000 Finalist of Philip Moris Indonesia Art. Award, Jakarta
8. 1999 Best painting, Lustrum III ISI Yogyakarta
9. 1998 Best Award, Ministry of Culture and Art. Indonesia
10. 1995 Best 1, painting award, 1000 M, at Semarang
11. 1994 Best Oil painting, Fine Art Department, ISI, Yogyakarta
Suraji adalah pelukis terkenal yang tinggal di dusun putat, kelurahan selopamioro, kecamatan Imogiri, kabupaten bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berjarak sekitar 15 km arah selatan dari kota Yogyakarta. Beliau dulunya bersekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) dan melanjutkan studi di Istitut Seni Indinesia (ISI) Yogyakarta. Lukisan-lukisan yang dibuat beliau sebagian besar dipajang di salah satu galeri yang berada di jakarta, setelah pembuatan lukisan dirumah beliau langsung mengirimkan lukisannya ke jakarta sehingga di rumah hanya ada beberapa lukisan saja yang memang beliau inginkan untuk dipajang saja. Pada waktu masih muda beliau mengerjakan semua karyanya secara mandiri mulai dari tahap sketsa hingga finishing, satu lukisan beliau bisa menyelesaikan sekitar 3 minggu. Namun sekarang ini karena sudah memiliki kegiatan yang lainnya beliau dibantu oleh temannya, namun untuk tahap sketsa masih dilakukan sendiri temannya hanya membantu pada tahap finishing saja. Suraji memiliki ciri khas dalam lukisannya yaitu binatang tikus, sejak awal terjun ke dunia seni beliau lebih menggunakan binatang-binatang seperti tikus, macan, kucing dan yang lainnya. Lukisan beliau lebih menunjukka pada kritikan-kritikan, namun akhir-akhir ini beliau lebih menunjukka pada tema persatuan dan tetap menggunakan tokoh binatang. Salah satu sejarah yang beliau raih adalah menjadi pemenag utama pada jakarta awrds 2008, lukisan berjudul Jakarta Berburu Tikus karya Suraji berhasil meraih nilai tertinggi dan dinyatakan sebagai Pemenang Utama Kompetisi Seni Lukis Nasional Jakarta Art Awards 2008, yang diumumkan Jumat (25/7) malam di Pasar Seni Jaya Ancol, Jakarta. Suraji berhak atas hadiah uang Rp50 juta. Lukisan Jakarta Berburu Tikus mengambarkan carut-marut kehidupan di kota besar, dengan persoalan yang begitu kompleks. Tikus-tikus berlompatan dengan latar gedung-gedung pencakar langit. Tikus simbol dari koruptor, penyeleweng, pelaku kejahatan, dan sejenisnya. Teknik penggambaran yang dilakukan pelukis Suraji dalam karyanya sangat bagus dan kuat. Secara tematik sangat menarik. Beberapa contoh lukisan beliau yang lainnya seperti:
1.Menghapus Komedo
Lukisan ini menceritakan tentang bagaimana seseorang yang memiliki jabatan berusaha sekeras mungkin untuk menampakka wajahnya yang baik dan tidak memiliki celah dalam karir dan kehidupannya, sehingga orang lain memandang bahwa kehidupannya sangatlah sempurna dan jabatan yang dimilikinya sangat bersih. Menghapus komedo bermakssut agar setiap kesalahan-kesalahan yang dimilikinya dapat teratasi dan tidak dilihat oleh orang lain. Komedo diartikan sebagai masalah atau kesalahan-kesalaha kecil yang dilakukannya, jika kesalaha kecil sekecil komedo saja dapat teratasi dengan baik begitu pula dengan kesalahan yang lainnya dapat ditutupi atau dihapus dengan mudahnya sehingga tidak nampak.
2.Euforia Kebebasan
Lukisan ini memiliki makna yaitu sebuah kebebasan yang didambakan oleh semua kalangan, dari para pejabat hingga rakyat biasa. Terdapat gambar binatang-binatang besar yang memiliki arti para tokoh-tokoh besar yang ikut serta dalam perebutan tersebut dan hewan-hewan kecil yang ada dibawahnya tertindas karena keserakahan para hewan-hewan besar. Serta buah apel yang menggambarkan bauah yang banyak digemari oleh semua orang, dan menjadi baha perrebutan semuanya. Terdapat gambar kayu-kayu besar yang menggambarkan ilegal loging, serta terdapat seekor bai yang dikurung dan ditarik sana-sini bermaksut bahwa penjualan hewan-hewan langka. Kebekasan seperti inilah yang diperrebutkan oleh semua orang baik dalam kalangan atas ataupun kalangan bawah, sehingga tidak melihat sesamanya dan hanya mementingkan kebuthannya sendiri-sendiri.
Dokumentasi pada saat wawancara dengan bapak suraji



